Sejoli Renta Di Suatu Petang

Pati, 29 Maret 2009

Dari teras rumah seorang teman aku melihatnya, dua renta kaki nini, aku sebut begitu karena mereka berdua betul-betul telah sangat tua. Berjalan tertatih bahkan si kaki harus dibantu dengan sebuah tongkat. Awalnya aku berpikir tentulah si nini lebih kuat karena dia berjalan tanpa bantuan apapun. Ternyata aku keliru, dia tidak butuh bantuan tongkat sebab kaki dengan kemampuan jalannya yang sudah amat terbatas melindunginya, menuntunnya, menggandengnya menuruni teras rumahnya untuk mengambil air wudlu. Dia begitu setia menunggui istrinya sampai selesai dan menuntunnya lagi, berusaha keras menaiki teras yang lumayan tinggi sambil memapah istrinya. Begitu keras usahanya hingga dia hampir terjatuh. Mungkin dia lupa dengan usianya, mungkin juga dia lupa bahwa kekuatannya sudah tidak seperti dulu lagi. Saat itu aku ingin berlari membantu mereka, tapi aku malah terpaku melihat semua itu.
Entah sudah berapa puluh tahun mereka bersama. Dan pastinya telah berpuluh-puluh kali pula manis, pahit, getirnya kehidupan mereka alami. Dan entah bagaimana mereka melewati semuanya sampai usia serenta itu mereka masih tetap bersama. Mungkin merekalah fakta dari doa yang sering disampaikan atau ditulis di wedding card untuk kerabat atau teman yang menikah. "Semoga rukun sampai kaki-nini....".
Allahu Akbar.....sungguh maha besar Allah SWT, di jaman dimana perselingkuhan dan pengkhianatan bukan hal baru lagi sekarang ini, bahkan kadang tanpa emosi ketika mengetahui si A atau B punya affair kita hanya berkomentar "Ah biasa", ternyata masih ada sepasang manusia yang bertahan dengan cinta kasihnya. Aku yakin perasaan mereka bukan lagi cinta yang menggebu-gebu seperti masa muda mereka dulu. Lebih ke kasih sayang sebagai teman atau saudara. Tapi kebersamaan mereka, perhatian dan perlindungan kaki kepada nini sangat terasa dihatiku. Entah bagaimana mereka melewati masa jenuh sebuah hubungan atau menerima kenyataan-kenyataan di kehidupan rumah tangganya selama ini.
Sebagai seorang perempuan akupun punya impian percintaan seperti di princess story, dimana endingnya adalah happily ever after. Selalu bersama dengan orang terkasih selamanya, sampai maut memisahkan...Mungkin aku naif atau melodramatis, tapi pemandangan yang kulihat di petang itu sesungguhnya membuat batinku teriris. Bisakah aku seperti mereka kelak? Ataukah aku harus menerima takdir yang lain? Karena diusia perkawinanku yang hampir 11 tahun ini, aku kadang merasa tidak mampu dan putus asa. Mungkin apa yang kulihat sore itu adalah hadiah dari Allah untukku, memberi kekuatan padaku dengan caraNya yang manis. Agar aku tak putus berharap dan tegar.

5 komentar:

  1. hrs saling mengisi dan mengingatkan saat kita melangkah bersama..

    BalasHapus
  2. smoga slalu sabar penuh ketulusan sampai akhir pi..

    BalasHapus
  3. amin....dng bersama kita pasti bisa

    BalasHapus
  4. kok kayaknya sekarang lg seneng jadi blogger daripada facebooker....

    BalasHapus
  5. membacanya jd trenyuh krn melihat ortuku yg alhamdulilah msh bersama smp sekarang dan berdoa jg dlm hati semoga pernikahanku smp aki dan nini... amiin...

    BalasHapus